Malam semakin larut, asap
rokok masih terus mengepul dari bibirnya, entah sudah berapa batang
rokok dihisapnya, udara malam yang dingin dan basah karena hujan tidak
juga membuatnya bergeming, disudut teras rumahnya dia terus berdiam
disana.
Aku melihat sosoknya sebagai wanita mandiri, wanita yang kuat, kehidupannya hampir sempurna,
Dia punya rumah yang bagus, mobil yang bagus, suami yang setia, serta anak - anak yang lucu.
Namun entah apa yang ada didalam pikirannya, tatapannya begitu kosong, jiwanya seolah terbang entah kemana, yang kulihat hanya sesosok raga yang mulai merapuh, sesekali aku melihatnya menyeka air mata, wanita itu menangis.
Air matanya adalah cerminan jiwa yang lelah.
Aku bisa ikut merasakan apa yang ada didalam hatinya. Ketika bagi sebagian orang uang adalah segalanya, tapi jauh didasar hatinya ia tidak lagi membutuhkan uang.
Dia menginginkan kedamaian yang hakiki, kebahagiaan yang sejati. Semakin kuat dia membohongi kebahagiaannya, semakin dalam ia melukai hatinya.
Dan aku, aku masih juga terduduk disini diteras rumahku, sendiri mencumbui malam tanpa bintang.
Babelan, 13 Oktober 2010
*Rie
Aku melihat sosoknya sebagai wanita mandiri, wanita yang kuat, kehidupannya hampir sempurna,
Dia punya rumah yang bagus, mobil yang bagus, suami yang setia, serta anak - anak yang lucu.
Namun entah apa yang ada didalam pikirannya, tatapannya begitu kosong, jiwanya seolah terbang entah kemana, yang kulihat hanya sesosok raga yang mulai merapuh, sesekali aku melihatnya menyeka air mata, wanita itu menangis.
Air matanya adalah cerminan jiwa yang lelah.
Aku bisa ikut merasakan apa yang ada didalam hatinya. Ketika bagi sebagian orang uang adalah segalanya, tapi jauh didasar hatinya ia tidak lagi membutuhkan uang.
Dia menginginkan kedamaian yang hakiki, kebahagiaan yang sejati. Semakin kuat dia membohongi kebahagiaannya, semakin dalam ia melukai hatinya.
Dan aku, aku masih juga terduduk disini diteras rumahku, sendiri mencumbui malam tanpa bintang.
Babelan, 13 Oktober 2010
*Rie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar